"Percuma hidup bahagia, tetapi tidak hidup abadi."
Setidaknya, begitulah yang dipikirkan Lato, saat membaca berita di gawainya tentang penemuan "Mesin Bahagia" dan tewasnya sang penemu persis di sebelah temuannya.
Phaedo Peter Lato, yang juga seorang ilmuwan, terkenal di kalangan masyarakat lewat Arctura Incorporated, sebuah perusahaan teknologi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena di masa depan, orang-orang terlalu berfokus pada pemenuhan keinginan secara obsesif, sehingga banyak diantara mereka yang jatuh secara perekonomian karena lupa memenuhi kebutuhan hidup.
Berkat Arctura, Lato menjadi salah satu orang terkaya di negeri. Meski begitu, Lato tetap mempertahankan gaya hidup ilmuwan yang berfokus pada ilmu pengetahuan, terutama di bidang robotika dan perangkat lunak.
Ia terobsesi untuk menemukan jawaban atas kematian manusia, yakni hidup abadi. Menurutnya, tak ada yang lebih berharga di dunia ini selain bisa hidup selamanya, karena dengan begitu, orang tak perlu lagi merasakan perihnya sakit karena ditinggal mati oleh orang yang dicintainya. Atau yang lebih menakutkan lagi, menurutnya, merasakan kematian yang sudah tinggal di depan mata.
Ia memiliki laboratorium rahasia di bawah tanah gedung utama Arctura. Lab tersebut menjadi tempat ia mengembangkan ciptaannya, Arc-1, sebuah prototipe Android berkelamin pria yang digadang oleh Lato akan menjadi jawaban atas keabadian umat manusia.
Di usianya yang sudah masuk kepala empat dan dengan kanker paru-paru yang mulai akut, Lato memutuskan untuk pensiun dari Arctura dan membiarkan bawahan kepercayaannya, Azura Charonya, memegang kendali perusahaan sepenuhnya. Selepas pensiun, ia mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk pengembangan Arc-1. Ia berupaya menyelesaikan Arc-1 dan memindahkan jiwa dan pikirannya ke perangkat inti Arc-1 sebelum ajal datang.
Dengan kondisi kesehatan yang semakin memburuk akibat menolak untuk dirawat di rumah sakit, Lato menyewa Dr. Alessandra Pollo sebagai dokter pribadi sekaligus asisten Lato di lab. Pollo yang tahu bahwa umur Lato tak lama lagi akan berakhir, berusaha membantu Lato mewujudkan impian terakhirnya, meskipun ia seorang dokter kesehatan dan bukan ilmuwan. Namun ia sangat telaten mengikuti instruksi Lato sembari terus memonitori kesehatan Lato.
Waktu semakin sempit, dan Lato semakin melemah. Suatu waktu, batuk Lato mengeluarkan darah yang berlebihan hingga ia jatuh tersungkur di lantai, yang membuat Pollo ingin membawanya segera ke rumah sakit. Namun Lato menolak.
"Rumah sakit takkan menolongku! Mereka takkan bisa memperpanjang hidupku. Hanya Arc yang bisa. Waktuku tidak banyak lagi, dokter Pollo. Segera unggah jiwa dan pikiranku ke Arc."
"Tapi Arc belum siap sepenuhnya! Bagaimana jika nanti terdapat kekurangan pada Arc atau ada kesalahan saat pengunggahan jiwa? Bisa-bisa kau tidak selamat. Aku seorang dokter! Aku seharusnya menyelamatkan nyawamu!"
"Arc sudah siap. Kalau memang Arc tidak sempurna, biarlah, karena Arc adalah ciptaanku yang seorang manusia, bukan Tuhan. Tidak ada lagi obat atau tempat yang bisa menyelamatkan hidupku, dan adalah tugasmu sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan nyawaku, dan satu-satunya cara saat ini agar aku selamat adalah Arc. Kumohon, dokter Pollo."
Pollo akhirnya membawa Lato ke laboratorium dan memasangkan perangkat pengunggah jiwa ke kepala Lato. Dengan instruksi manual yang telah disiapkan sejak lama, Pollo menjalankan proses pengunggahan sembari terus mengecek Lato yang semakin melemah.
Butuh waktu yang cukup lama untuk mengunggah seluruh jiwa dan pikiran Lato ke perangkat lunak Arc, dan Lato berjuang agar kesadaran dan nyawanya tak hilang sebelum proses pengunggahan selesai. Hingga pada akhirnya, Lato kehilangan kesadarannya dan membuat Pollo panik. Ia melihat ke arah monitor. Terdapat notifikasi proses pengunggahan jiwa dan pikiran telah selesai. Namun Arc tak kunjung menyala.
Ketika memeriksa tubuh Lato, ia tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan lagi, yang artinya Lato telah wafat. Arc tetap tak kunjung menyala. Dalam keadaan frustasi, Pollo menganggap dirinya sebagai orang yang bodoh dan telah gagal menjalankan perannya sebagai dokter, yang seharusnya tak mendukung keinginan Lato sejak awal, hingga berujung pada kegagalan dan kematiannya.
"Kita berhasil, dokter."
Arc mengeluarkan suara untuk pertama kalinya. Matanya mulai berkedip dan melihat ke berbagai arah. Jemari tangan dan kaki perlahan bergerak agak kaku.
"Apakah kau benar-benar Peter Lato? Apakah ini mimpi? Tapi kau sudah.."
Lato dan tubuh Arc-nya bangkit beranjak dari tidurnya. "Ya, fisik manusiaku telah mati. Tapi kesadaran dan mentalku masih hidup disini. Aku masih merasa seperti manusia, hanya saja sekarang aku merasa sedikit tidak leluasa untuk bergerak."
Pollo membantu Lato untuk berdiri seimbang. Mereka memperhatikan jasad fisik manusia Lato yang mulai memutih pucat. Akhirnya dikuburlah jasad Lato di kompleks taman Arctura pada tengah malam buta agar tidak meninggalkan jejak jasad.
"Aku seharusnya tidak membantumu. Ini semua seperti tidak benar."
"Tapi kau menjalankan tugasmu sebagai dokter. Kau menyelamatkan nyawaku. Setidaknya kesadaranku, pikiranku, jiwaku, semua ada di tubuh Arc ini. Aku masih manusia."
"Benarkah kamu masih manusia?" Ujar Pollo sambil memperhatikan wujud Arc-1 dari kepala hingga kaki. "Karena jika kutendang kakimu, kau takkan kesakitan, aku yang akan kesakitan. Jika kepalamu kupukul, kepalamu takkan merasa apa-apa, tanganku yang akan memar. Satu-satunya yang bisa membuatmu menjadi manusia saat ini adalah, saat kukatakan aku akan menusuk inti reaktor sel-mu yang akan membuatmu benar-benar mati."
Terdengar suara tawa yang aneh dari mulut Lato. "Kau ini dokter. Tugasmu menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkannya."
Tetapi Lato memikirkan dengan sangat perkataan Pollo. Ia bergegas melanjutkan proyek Arc dengan membuat tubuh Arc-2, Arc-3, 4, 5, hingga cukup banyak Arc yang dibuat untuk menjamin tubuh cadangan. Pembuatan ini memakan waktu puluhan tahun, mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki Arctura secara diam-diam, hingga menyebabkan ketidakstabilan finansial di perusahaan.
Hingga pada titik di mana Arctura telah kehabisan material dan modal untuk proyek rahasia ini, sementara Azura Charonya sebagai pemimpin Arctura pengganti Lato, diketahui meninggal dunia karena penyakit jantung. Lato yang baru mengetahui hal ini merasa bahwa Azura seharusnya bisa selamat dengan teknologi Arc-nya.
Merasa bahwa teknologinya sudah siap untuk muncul ke permukaan, Lato akhirnya memutuskan muncul ke publik dengan tubuh Arc-nya untuk mengenalkan teknologinya, agar ia bisa mencegah orang-orang untuk meninggal dunia dan hidup abadi bersamanya.
Semua orang kaget bukan kepalang. Sosok Phaedo Peter Lato yang menghilang berpuluh-puluh tahun, muncul kembali dengan tubuh besi dan mengklaim bahwa ia hidup abadi. Lato pun membuka akses teknologi Arc seluas-seluasnya kepada publik. Namun, teknologinya dikecam oleh negara, baik secara etika hingga moralitas.
"Jika manusia tidak bisa mati, lalu apa yang tersisa dari kemanusiaan?"
"Ini menyalahi kodrat Tuhan!"
"Hidup abadi bukan jawaban atas masalah manusia!"
Semua pihak menyerang Arctura dan Lato, yang menyebabkan perusahaan tersebut ditutup oleh negara. Ya, negara yang gagal memenuhi kebutuhan penduduknya menutup sebuah perusahaan swasta yang selama bertahun-tahun berhasil memenuhi kebutuhan penduduk negara itu.
Beberapa tahun setelahnya, Lato masih tinggal di laboratoriumnya meskipun gedung Arctura telah disegel, menjaga seluruh Arc ciptaannya, dan melanjutkan riset untuk mentransfer kesadaran dan pikirannya ke server, yang membuat jiwanya bisa tetap hidup tanpa tubuh Arc.
Namun belakangan, ia berperang dengan logika dan moralitasnya sendiri. "Jika memang manusia harus mati, kenapa kita harus hidup di dunia ini hanya untuk menanti kematian? Apa alasan kita hidup di dunia ini?"
Lato teringat kembali dengan Alessandra Pollo, seorang dokter yang membantu Lato dengan penyakitnya bertahun-tahun lalu. Ia mencoba mencari tahu keberadaannya, apakah dia masih hidup, di mana ia tinggal, dan apakah dia masih mengenal Lato.
Diam-diam, Lato mengunjungi sebuah rumah di pinggiran kota yang diketahui merupakan rumah keluarga Pollo. Ia mendapatkan informasi dari berbagai sumber bahwa Pollo saat ini hanya tinggal menunggu ajalnya tiba karena usia tua. Pollo tinggal bersama anak dan cucu-cucunya, menghabiskan sisa umurnya di kasur kamarnya.
"Meski kau bukan lagi manusia, tapi aku merasakan dalam dirimu bahwa ada benak pikiran yang besar dalam kepala besimu."
"Kau masih ingat aku? Sudah berapa lama? 40 tahun sudah? Aku sangat minta maaf baru menemuimu sekarang, dokter Pollo."
"47 tahun, tepatnya. Terakhir aku mendengar kabarmu, kau sedang giat memproduksi kaleng besimu dan menyedot semua kekayaanmu untuk karya besarmu."
"Masih ada kesempatan untukmu. Aku bisa mentransfer kesadaran dan pikiranmu ke Arc. Aku bisa menyelamatkanmu dari penghabisan umurmu."
"Lalu apa? Menjalani hidup abadi yang menyedihkan sepertimu? Tidak, terimakasih. Aku akan menyambut hangat kematian yang akan membawaku pergi."
"Aku tidak mengerti. Kau ini dokter! Mantan, tetapi kau seharusnya menyelamatkan nyawa manusia. Nyawamu!"
"Nyawa hanyalah gerbang menuju keabadian yang sesungguhnya. Tugasku memang menyelamatkan nyawa yang bisa kuselamatkan, tapi melangkahi kodrat bukan pekerjaanku. Tiap manusia yang hidup, telah berperan dan mengambil peran dalam hidupnya, dan jika pertunjukkan selesai, maka selesai sudah. Kita lepas dari peran, lepas dari tanggung jawab kita, dan tinggal menunggu untuk hidup di kehidupan yang belum kita ketahui seperti apa bentuknya."
"Jika kau tahu kehidupan selanjutnya tidak pasti, mengapa kau menantinya?"
"Karena tugasku sudah selesai disini. Aku berhasil memiliki keluarga, aku telah menyelamatkan banyak nyawa, aku telah membantumu menggapai yang kau inginkan. Aku hanya ingin melihat Credits Roll berisi semua nama orang dan daftar pencapaianku, berjalan dari bawah ke atas lalu berakhir hitam, full hitam. Aku ingin beristirahat tenang tanpa perlu merepotkan siapapun lagi, sehingga mereka mereka bisa melanjutkan hidupnya tanpa memikirkanku seterusnya."
"Apakah yang kulakukan ini menurutmu adalah sebuah kesalahan?"
"Dulu, aku mengira kau sangat salah, aku juga merasa adalah salahku yang telah membantumu. Tapi berjalan waktu, kupikir lagi, kau bukan ingin hidup abadi, kau hanya takut mati. Kurasa ada banyak juga orang sepertimu di luar sana. Dan.. kaleng besimu ini adalah caramu menghindari kematian. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa kau lakukan untuk menghindari mati, tapi suatu saat nanti, tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan di dunia ini, kecuali mati."
Lato menggenggam perlahan tangan Pollo. "Apa kau benar-benar siap untuk itu? Apakah aku juga akan siap untuk itu?"
"Jika waktunya tiba, aku sangat siap. Jika waktumu tiba, berhentilah menghindar dan hadapi kematianmu. Kau ini manusia, bukan Arc. Kau bergerak karena perasaan, bukan program. Maka ikuti perasaanmu."
Kunjungan ke rumah keluarga Pollo berakhir dengan keputusan bulat dari Lato. Ia akhirnya membatalkan riset pemindahan kesadaran dan pikiran ke server, dan mematikan seluruh reaktor sel di masing-masing tubuh Arc, kecuali dirinya. Ia tidak berniat untuk membunuh dirinya sendiri, namun dengan cara membiarkan reaktor sel kehabisan tenaga, walaupun hal tersebut membutuhkan waktu 50 tahun sejak pertama menyala. Ia butuh waktu 3 tahun lagi, sehingga ia menyalakan mode tidur dengan waktu bangun 3 tahun sejak mode tersebut menyala.
Alessandra Pollo meninggal di umur 78 tahun. Ia dikremasi oleh keluarganya, dan abunya disimpan di kamar miliknya. Sesekali, keluarganya menyempatkan untuk mengenang dan mendoakan dirinya di kamar itu.
3 tahun berselang, gedung Arctura dirobohkan dan laboratorium rahasia ditemukan. Beberapa pekerja berusaha menerobos masuk dengan meretas keamanan lab untuk bisa membuka pintu.
Ditemukan Arc-1 disana, terbaring kaku tak menyala dan berdebu, dan jemari tangan yang tiba-tiba bergerak kecil.
Written by Arrudicca
2022