Detektif
Dikoy dan pencurian sepeda onthel kerajaan
D. Dikoy : Ardhika
D. Bhakti : Bhakti Aditama
Pangeran : Nanda Dwi S.
Raja : Firhan Kamil
Pencuri : Febrian Aditama L. N.
Narator : Febri Hadianti D.
(Di suatu malam di kerajaan lubang buaya, malam yang sungguh
sepi. Hingga, terdengar suara teriakan) set 1
Nanda: Ahh.. sepedaku hilang !!
(Sang raja terkejut dengan suara itu. Raja segera
menghampiri Nanda)
Firhan: Ada apa nak?
Nanda: Ayah, Sepeda onthel ku hilang !
Firhan: Apa ?! Sepeda Onthel warisan kakekmu itu? Bagaimana
bisa?
Nanda: Aku tak tahu. Yang jelas, sepedaku hilang. Aku ingin
ganti sepeda kawasaki ninja atau sepeda CBR.
Firhan: Tidak bisa. Sepeda itu harus dicari. Tidak ada
sepeda baru. Lebih baik kamu naik becak daripada naik sepeda.
(Besoknya, Raja menelepon Detektif untuk mengadukan
kehilangan sepeda onthelnya) set 2
Bhakti: Halo?
Firhan: Halo nak, Aku raja.
Bhakti: Iya kenapa ja?
Firhan: sepeda anakku hilang. Aku sudah mendengar
reputasi kalian. Jadi tolonglah saya.
Bhakti: Baik. Saya akan kesana bersama Detektif Dikoy
(Detektif Bhakti langsung menuju ke ruangan Detektif
Dikoy. Disana, Detektif Dikoy sedang meratapi nasibnya) set 3
Bhakti: Detektif Dikoy. Ada laporan dari raja Firhan. Sepeda
anaknya hilang.
Dikoy: Sepeda? Hmm.. kasus menarik.
Bhakti: lalu apa tindakan kita?
Dikoy: Seperti biasa. Kita tuntaskan kasus ini sampai
selesai. Ayo, kita ke kerajaan lubang buaya.
(Detektif Dikoy dan Detektif Bhakti pergi ke kerajaan
lubang buaya. Melewati bukit pondok gede, menyusuri lembah molek. Akhirnya mereka
sampai disana) set 4
Firhan: Akhirnya kalian datang juga.
Dikoy: Siapa kau?
Firhan: Aku rajanya
Dikoy: Ohh.. Tapi tidak ada tampang-tampang rajanya.
Bhakti: sudahlah.. jadi dimana tempat kejadian
perkaranya?
Firhan: disana. Disamping mobil-mobil mercyku. Dia hanya
menyisakan gemboknya.
Dikoy: jangan khawatir. Penjahat disini bisa dilacak
menggunakan sidik jari. Mereka tidak pernah menggunakan sarung tangan. Kecuali satu
orang.
Firhan: aku tak peduli. Temukan saja sepedanya.
Dikoy: baik. Detektif Bhakti, lakukan penyisiran lokasi.
Bhakti: baik. (menyisir tanah)
Dikoy: maksudku. Carilah barang bukti.
(Nanda yang melihat keadaan dari atas istana langsung
menelpon Febrian. Si pencuri gagap) set 5
Febrian: Halo?
Nanda: Bagaimana? Sudah kau loakin sepedanya?
Febrian: Beres bos. Aku sudah terima uangnya.
Nanda: Bagus. Aku tak ingin ayahku tahu. Ayahku sudah
memanggil Detektif Dikoy sialan dan juga temannya yang bodoh itu. Jadi waspadalah.
Febrian: tenang bos. Aku sudah professional.
Nanda: Dengan begini, aku akan punya sepeda baru. (ketawa
jahat)
(Setelah selesai mendapatkan barang bukti yang cukup,
para detektif kembali ke markas untuk menyelidiki siapa pelakunya) set 6
Bhakti: Hmm.. Aneh.. Tidak ada sidik jari di gembok ini. Dia
menggunakan sarung tangan.
Dikoy: hmm.. berarti hanya ada satu penjahat yang memakai
sarung tangan ini. Febrian.
Bhakti: Mustahil. Dia sudah dipenjara.
Dikoy: Tidak. Dia berhasil kabur. Polisi tidak mau
mengejarnya karena dia terlalu profesional
Bhakti: Lantas bagaimana cara menemukannya?
Dikoy: Hmm.. Coba kau cari profilnya di facebook.
(Sekian lama mengetik)
Bhakti: Ketemu. Dia bekerja di loak company.
Dikoy: Baik. Ayo kesana.
(Setelah sampai di loak company, Detektif Bhakti masuk
lewat pintu depan gedung. Sementara detektif dikoy lewat pintu belakang.
Detektif bhakti memergoki Febrian yang sedang menghitung uang.) Set 7
Bhakti: Febrian. Kau sudah terkepung.
Febrian: Sial. Aku harus lari.
(terhalang dikoy)
Dikoy: Hayo. Mau kemana kau? Hyat.
(menangkap febrian)
Febrian: Tunggu. Kalian salah paham
Bhakti: diam kau pencuri.
Febrian: Tapi aku tidak mencuri sepeda itu. Nanda sendiri
yang meloakan sepeda itu ke aku.
Dikoy: Jangan bohong nak !
Febrian: Aku tidak bohong ! Dia meloakan sepeda itu agar
bisa membeli sepeda baru.
Dikoy: Tunggu sebentar. (raja menelpon)
Firhan: Detektif. Tolong. Nanda mengamuk. Argh. (mati)
Dikoy: Sial
Bhakti: ada apa?
Dikoy: sesuatu terjadi di istana. Kita harus kesana.
Bhakti: Kau kesana dulian. Aku bawa Febrian ke kantor
kepolisian.
Dikoy: Baik.
(Dikoy langsung menuju istana Pancasila Sakti. Saat dia
disana, dia terkejut melihat penjaga yang sudah terkapar. Detektif dikoy segera
menuju ke kamar raja. Raja Pingsan. Detektif dikoy langsung menuju ke atap
istana. Disana, Nanda sedang tertawa jahat) set 8
Dikoy: Nanda ! ternyata benar. Selama ini kau bedebahnya.
Nanda: Itu benar. Aku ingin punya Sepeda CBR, Sepeda
Ninja, Tapi ayahku pelit. Dia malah memberiku sepeda kakekku yang tua bangka.
Dikoy: Tapi kau sudah keterlaluan. Kau membuat ayahmu
terkapar.
Nanda: Aku tak perduli. Gak usah hiduplah orang kayak
begitu.
Dikoy: Dasar kurang ajar ! Jangan bergerak Nanda.
Nanda: Tidak ! Aku sudah bosan hidup. Lebih baik aku
bunuh diri.
Dikoy: Tidak !
(Nanda Tewas)
Bhakti: Koy ! Nanda tewas !
(Akhirnya semua berakhir tragis. Nanda tewas bunuh diri. Raja
merenung atas kematian Nanda.)set 9
Dikoy: Maaf soal anakmu yang mulia.
Firhan: tidak apa. Sebenarnya dia hanya anakku yang ke 9.
Lebih baik aku bikin anak lagi.
(Akhirnya raja mempunya anak lagi. Dia memberi nama
anaknya Nanda II. Sementara itu, Detektif Dikoy dan Detektif Bhakti kembali ke
alamnya dan hidup bahagia tidak selamanya)
THE END
*IMPROVISASI DIBUTUHKAN DI DRAMA INI
hahahah..,pertamax gan
BalasHapus