SELALU KLIK JUDUL SEBELUM BACA YEH


Minggu, 31 Maret 2019

PUBG HARAM: SALAH SIAPA?

            Terlepas dari jadi atau enggaknya game buatan PUBG Corporation ini difatwakan Haram oleh MUI, gue yang juga beragama muslim dan juga bermain PUBG (walaupun versi Mobile, itupun juga di emulator :v) merasa terpancing untuk beropini mengenai isu ini.




            Waktu gue kecil dulu, setiap kali gue denger kata HARAM, pikiran gue akan selalu tergambar wujud “Babi”. Serius, sesederhana itu definisi HARAM gue ketika kecil dulu. Dan sampai sekarang pun juga mungkin demikian, begitu rame-rame diisukan game PUBG mau difatwa HARAM-kan oleh MUI, yang terlintas di benak gue pun demikian. “Perasaan seumur-umur main PUBG walaupun di versi Mobile ataupun liat streamer luar negeri main PUBG gak ada satupun hewan “Babi” yang ditonjolkan”. Ketika gue denger berita penembakan massal jemaah muslim di mesjid yang ada di kota Christchurch, Selandia Baru, yang digadang sebagai latar belakang PUBG mau di-HARAM-kan, gak ada terlintas di benak gue untuk langsung menyalahkan game FPS sebagai penyebab penembakan itu. Yaa, penembakan kemarin itu emang sangat kejam, dan orang yang melakukan penembak itu lebih dari biadab. Udah, gak sampe ke tahap gue nyalahin game FPS sebagai “biang kerok”nya.
            Dengan isu yang sedang menyeruak ini, gue bersama dengan rekan-rekan di ARDGAMES melakukan sebuah studi untuk memperdalam tentang bagaimana sesuatu dikatakan HARAM. Dan diujungnya kita pingin mencari tahu, apa sih yang membuat mereka para pembuat fatwa untuk bisa melogikakan game sebagai penyebab dari aksi terror dan penembakan?
            Sebenarnya dari segala sumber yang kita cari pada intinya mengerucut pada satu inti, bahwa HARAM adalah sesuatu yang wajib untuk ditinggalkan, karena terdapat mudharat atau kerugian dibaliknya.
            HARAM pun terbagi menjadi dua, yakni HARAM li zatih (haram karena zat/esensinya) dan HARAM li gairih (haram karena yang lain).
            Memakan bangkai, babi, minum minuman keras, berzina, membunuh dan memakan harta anak yatim itu termasuk HARAM li zatih, karena sudah sejak awal ditentukan demikian dan keharamannya terdapat pada zat (esensi) pekerjaan itu sendiri.
            Melaksanakan shalat dengan memakai pakaian yang diambil dari orang lain tanpa seizin pemiliknya, bertransaksi jual beli saat kumandang solat jum’at, atau berpuasa di Hari Raya Idul Fitri merupakan HARAM li gairih, karena pada mulanya disyariatkan tetapi dibarengi oleh sesuatu yang bersifat mudharat/merugikan bagi manusia yang keharamannya disebabkan oleh mudharat itu.
            Nah untuk kasus penembakan di masjid kota Christchurch, Selandia Baru, tentunya itu HARAM, karena membunuh orang secara keji, ditambah saat solat jum’at pula lagi waduh gak tau dah tuh HARAM-nya sampe ketingkat HARAM jadah level Infinity kali.
            Masuk ke persoalan game PUBG yang mau difatwa-haramkan. Mungkin logika yang dipakai adalah logika HARAM li gairih atau HARAM karena hal yang lain. Bermain game itu okee gak haram, tapi ketika gamenya bersifat mudharat/merugikan manusia seperti memotivasi pemainnya untuk membunuh manusia beneran yang ada di dunia nyata, maka bermain game seperti PUBG bisa dikatakan HARAM.
            Nah, disinilah bagian yang gue dan mungkin beberapa gamers gak setuju soal ini. Gue sejak SD udah bermain GTA San Andreas, game yang dikenal kontroversial karena konten-konten pada gamenya. Gue bisa tembak-tembakan di game itu, gue bisa nyuri mobil, gue bisa nyuri pesawat, dll. Dan gue saat itu bocah, loh. Tapi gak sekalipun gue termotivasi untuk beneran bunuh orang di dunia nyata, nembakin mereka beneran, nyuri mobil jemputan SD gue atau nyuri pesawat di Lanud Halim deket SD gue. Dan gue yakin pemain GTA San Andreas saat itu bukan cuma gue aja, pasti banyak diluar sana yang entah udah abang-abangan atau mungkin seumuran gua juga main, tapi gua rasa sangat kecil kemungkinan mereka melakukan sebuah kejahatan karena termotivasi dari game. Orang bobol ATM, nyuri mobil, copet, dll. pun rata-rata penyebabnya karena faktor ekonomi, bukan karena faktor termotivasi oleh game, bukan karena faktor “gue pengen jadi Carl Johnson”. Kalo pun memang game bisa memotivasi orang untuk beneran membunuh, kenapa sampe sekarang game-game kaya begitu masih menjamur dan developernya gak dibredel? Karena diluar sana pun sama, kejadiannya sangat kecil kemungkinannya terjadi.
            Justru menurut gua, gua saat ini bisa berbahasa Inggris cukup fasih karena berkat bantuan game. Gue dulu sangat gak ngerti pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, entah  gurunya yang gak bagus atau guenya yang gak tertarik. Tapi nilai Bahasa Inggris gue sangat bagus dan dulu cukup dipuji. Dan sama halnya, gue yakin gak cuma gue yang merasakan efek positif dari game. Di luar sana gua yakin banyak pula yang sepakat bahwa game seengganya berpengaruh positif dalam kehidupan mereka. Dan itu yang membuat kita menjadi gamers sampai kita dewasa, karena game telah menjadi bagian dari hidup kita.
            Begitu pula Player’s Unknown Battle Ground, yang gue rasa belum selegend GTA San Andreas, tapi sudah sangat banyak playernya. Bahkan game lainnya seperti Call Of Duty, Counter Strike, Point Blank, Medal Of Honor, Tom Clancy series, dll. itupun mereka punya pemain dan penggemarnya masing-masing. Dan gue sangat meragukan mereka para alumnus/yang udah gak main game-game FPS pada jadi kriminal yang kerjaannya bunuh orang karena merasa mereka ingin menjadi player di dunia nyata, absolutely not menurut gua. Semua kembali ke tanggungjawab moril dari setiap pemain game, bahwa mereka harus bisa bermain dengan penuh tanggungjawab dan berlaku di dunia nyata dengan tanggungjawab pula.
            Maksud gue di tulisan ini, ayolah, ada hal-hal yang lebih penting dari pada mengharamkan sebuah permainan yang pemain-pemainnya juga gak ada cita-cita jadi penembak atau bunuhin orang. Misal, dengan mendoakan para korban agar amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa, lalu menyuarakan anti-terorisme, dan melawan segala bentuk tindakan radikalisme. Apalagi sebagai lembaga yang mewadahi kepentingan salah satu umat beragama, harusnya memberi edukasi bukan sembarang menghakimi. Mungkin sekarang ini PUBG, tapi gak ada yang menjamin pula esok hari dan seterusnya, game-game yang menjadi pusat hiburan dan pengembangan diri orang-orang di-HARAM-kan satu persatu. Ayolah, ada hal yang lebih penting yang bisa dilakukan daripada itu. Kita sebagai para pecinta game juga perlu bermain dengan penuh tanggungjawab pula. Jangan mau game yang kalian sayangi dikait-kaitkan atau dihubungkan dengan sesuatu yang berbau politis dan kurang relevan.
-Ardmin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plz leave a like & comment :D