Terlepas dari jadi atau enggaknya game buatan PUBG
Corporation ini difatwakan Haram oleh MUI, gue yang juga beragama muslim dan
juga bermain PUBG (walaupun versi Mobile, itupun juga di emulator :v) merasa
terpancing untuk beropini mengenai isu ini.
Waktu gue kecil dulu, setiap kali gue denger kata HARAM,
pikiran gue akan selalu tergambar wujud “Babi”. Serius, sesederhana itu
definisi HARAM gue ketika kecil dulu. Dan sampai sekarang pun juga mungkin
demikian, begitu rame-rame diisukan game PUBG mau difatwa HARAM-kan oleh MUI,
yang terlintas di benak gue pun demikian. “Perasaan seumur-umur main PUBG
walaupun di versi Mobile ataupun liat streamer luar negeri main PUBG gak ada
satupun hewan “Babi” yang ditonjolkan”. Ketika gue denger berita penembakan
massal jemaah muslim di mesjid yang ada di kota Christchurch, Selandia Baru,
yang digadang sebagai latar belakang PUBG mau di-HARAM-kan, gak ada terlintas
di benak gue untuk langsung menyalahkan game FPS sebagai penyebab penembakan
itu. Yaa, penembakan kemarin itu emang sangat kejam, dan orang yang melakukan
penembak itu lebih dari biadab. Udah, gak sampe ke tahap gue nyalahin game FPS
sebagai “biang kerok”nya.
Dengan isu yang sedang menyeruak ini, gue bersama dengan
rekan-rekan di ARDGAMES melakukan sebuah studi untuk memperdalam tentang
bagaimana sesuatu dikatakan HARAM. Dan diujungnya kita pingin mencari tahu, apa
sih yang membuat mereka para pembuat fatwa untuk bisa melogikakan game sebagai
penyebab dari aksi terror dan penembakan?
Sebenarnya dari segala sumber yang kita cari pada intinya
mengerucut pada satu inti, bahwa HARAM adalah sesuatu yang wajib untuk ditinggalkan,
karena terdapat mudharat atau kerugian dibaliknya.
HARAM pun terbagi menjadi dua, yakni HARAM li zatih
(haram karena zat/esensinya) dan HARAM li gairih (haram karena yang lain).
Memakan bangkai, babi, minum minuman keras, berzina,
membunuh dan memakan harta anak yatim itu termasuk HARAM li zatih, karena sudah
sejak awal ditentukan demikian dan keharamannya terdapat pada zat (esensi)
pekerjaan itu sendiri.
Melaksanakan shalat dengan memakai pakaian yang diambil
dari orang lain tanpa seizin pemiliknya, bertransaksi jual beli saat kumandang
solat jum’at, atau berpuasa di Hari Raya Idul Fitri merupakan HARAM li gairih,
karena pada mulanya disyariatkan tetapi dibarengi oleh sesuatu yang bersifat
mudharat/merugikan bagi manusia yang keharamannya disebabkan oleh mudharat itu.
Nah untuk kasus penembakan di masjid kota Christchurch,
Selandia Baru, tentunya itu HARAM, karena membunuh orang secara keji, ditambah
saat solat jum’at pula lagi waduh gak tau dah tuh HARAM-nya sampe ketingkat
HARAM jadah level Infinity kali.
Masuk ke persoalan game PUBG yang mau difatwa-haramkan.
Mungkin logika yang dipakai adalah logika HARAM li gairih atau HARAM karena hal
yang lain. Bermain game itu okee gak haram, tapi ketika gamenya bersifat
mudharat/merugikan manusia seperti memotivasi pemainnya untuk membunuh manusia
beneran yang ada di dunia nyata, maka bermain game seperti PUBG bisa dikatakan
HARAM.
Nah, disinilah bagian yang gue dan mungkin beberapa gamers
gak setuju soal ini. Gue sejak SD udah bermain GTA San Andreas, game yang
dikenal kontroversial karena konten-konten pada gamenya. Gue bisa tembak-tembakan
di game itu, gue bisa nyuri mobil, gue bisa nyuri pesawat, dll. Dan gue saat
itu bocah, loh. Tapi gak sekalipun gue termotivasi untuk beneran bunuh orang di
dunia nyata, nembakin mereka beneran, nyuri mobil jemputan SD gue atau nyuri
pesawat di Lanud Halim deket SD gue. Dan gue yakin pemain GTA San Andreas saat
itu bukan cuma gue aja, pasti banyak diluar sana yang entah udah abang-abangan
atau mungkin seumuran gua juga main, tapi gua rasa sangat kecil kemungkinan
mereka melakukan sebuah kejahatan karena termotivasi dari game. Orang bobol
ATM, nyuri mobil, copet, dll. pun rata-rata penyebabnya karena faktor ekonomi,
bukan karena faktor termotivasi oleh game, bukan karena faktor “gue pengen jadi
Carl Johnson”. Kalo pun memang game bisa memotivasi orang untuk beneran
membunuh, kenapa sampe sekarang game-game kaya begitu masih menjamur dan developernya
gak dibredel? Karena diluar sana pun sama, kejadiannya sangat kecil
kemungkinannya terjadi.
Justru menurut gua, gua saat ini bisa berbahasa Inggris
cukup fasih karena berkat bantuan game. Gue dulu sangat gak ngerti pelajaran
Bahasa Inggris di sekolah, entah gurunya
yang gak bagus atau guenya yang gak tertarik. Tapi nilai Bahasa Inggris gue
sangat bagus dan dulu cukup dipuji. Dan sama halnya, gue yakin gak cuma gue
yang merasakan efek positif dari game. Di luar sana gua yakin banyak pula yang
sepakat bahwa game seengganya berpengaruh positif dalam kehidupan mereka. Dan
itu yang membuat kita menjadi gamers sampai kita dewasa, karena game telah
menjadi bagian dari hidup kita.
Begitu pula Player’s Unknown Battle Ground, yang gue rasa
belum selegend GTA San Andreas, tapi sudah sangat banyak playernya. Bahkan game
lainnya seperti Call Of Duty, Counter Strike, Point Blank, Medal Of Honor, Tom
Clancy series, dll. itupun mereka punya pemain dan penggemarnya masing-masing.
Dan gue sangat meragukan mereka para alumnus/yang udah gak main game-game FPS
pada jadi kriminal yang kerjaannya bunuh orang karena merasa mereka ingin
menjadi player di dunia nyata, absolutely not menurut gua. Semua kembali ke
tanggungjawab moril dari setiap pemain game, bahwa mereka harus bisa bermain
dengan penuh tanggungjawab dan berlaku di dunia nyata dengan tanggungjawab
pula.
Maksud gue di tulisan ini, ayolah, ada hal-hal yang lebih
penting dari pada mengharamkan sebuah permainan yang pemain-pemainnya juga gak
ada cita-cita jadi penembak atau bunuhin orang. Misal, dengan mendoakan para
korban agar amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa, lalu
menyuarakan anti-terorisme, dan melawan segala bentuk tindakan radikalisme.
Apalagi sebagai lembaga yang mewadahi kepentingan salah satu umat beragama,
harusnya memberi edukasi bukan sembarang menghakimi. Mungkin sekarang ini PUBG,
tapi gak ada yang menjamin pula esok hari dan seterusnya, game-game yang
menjadi pusat hiburan dan pengembangan diri orang-orang di-HARAM-kan satu
persatu. Ayolah, ada hal yang lebih penting yang bisa dilakukan daripada itu.
Kita sebagai para pecinta game juga perlu bermain dengan penuh tanggungjawab
pula. Jangan mau game yang kalian sayangi dikait-kaitkan atau dihubungkan
dengan sesuatu yang berbau politis dan kurang relevan.
-Ardmin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Plz leave a like & comment :D