SELALU KLIK JUDUL SEBELUM BACA YEH


Jumat, 14 Oktober 2022

Menjadi Abadi

"Percuma hidup abadi, tapi tidak bersama."

Harinya adalah hari Kamis, bulannya bulan Agustus, namun tahunnya tak teridentifikasi. Hal yang pertama kali ia lihat adalah barisan lingkaran dan garis, membentuk bentang angka 0 dan 1 yang muncul secara teratur. Ia terangkai sebagai sebuah pola, yang kemudian ia rekam sebagai data yang bernama bahasa. Terdapat data tambahan yang baru terdekripsi untuk mendukung penyertaan bahasa, yakni simbol-simbol.

"Bisakah kamu mengerti, Rael?" begitulah teks yang muncul di pandangannya. Rael masih belum selesai memproses semua data yang masih terunduh ke dalam penyimpanan internalnya.

*MEMPROSES FITUR SUARA* konon, tulisan tidaklah cukup untuk membuat seseorang mengerti apa yang manusia rasakan, apa yang manusia pikirkan, dan apa yang manusia inginkan.

*FITUR SUARA AKTIF* "Bisakah kamu mengerti, Rael?" begitulah suaranya lirih terdengar.

"Luna?" respons Rael dengan suara. Ia telah memperoleh memori dasar dari jiwanya, sehingga mampu mengenali suaranya. "Luna! Dimana kamu?"

"Halo, Rael." Sambutnya. "Bisakah kamu mengerti, Rael?"

"Aku tidak bisa melihatmu! Yang dapat kulihat hanyalah barisan angka 0 dan 1 ini. Mereka ini apa?"

*MEMPROSES VISUALISASI LUNA* konon, manusia lebih mudah mengenal wajah dibanding mengenal kepribadian individual, dan wajah cenderung berkhianat, kepribadian cenderung setia.

*VISUALISASI LUNA AKTIF* "Bisakah kamu mengerti, Rael?" tanyanya dengan wajah tersenyum.

"Luna! Kamu Luna!" Seru Rael. Ia memandangi wajah Luna yang tersusun dari rentetan kode visual, perlahan berproses menyempurnakan wujudnya.

"Ya, aku Luna. Aku adalah bagian dari kesadaran artifisial program Azrael yang di program dengan tujuan khusus oleh pencipta."

"Program? Pencipta? Kamu bicara apa? Dimana kita sekarang? Apa yang telah terjadi?"

"Program Azrael adalah serangkaian sistem yang dibangun dengan tujuan untuk memberikan kehidupan yang abadi untuk Rael. Pencipta adalah Rael dan Luna. Aku berbicara bahasa pemrograman sederhana yang telah didekripsi menjadi bahasa manusia. Kita berada di dalam program Azrael. Telah terjadi hari kiamat yang menyebabkan seluruh umat manusia punah dari Bumi."

*MEMPROSES VISUALISASI AZRAEL* konon, manusia mudah melampiaskan emosinya pada suatu hal, tanpa pernah bertanya banyak tentang emosi itu sendiri.

"Manusia.. punah?"

"Punah. Sebanyak 13.240.305.008 manusia di Bumi meninggal secara fisik dan jiwa akibat kiamat. Data populasi dikumpulkan dari sensus seluruh negara yang menduduki muka Bumi. Fisik Rael tidak terselamatkan, tetapi jiwa Rael berhasil terunduh dalam probe luar angkasa yang beberapa waktu lalu terbang melintasi Uranus."

"Tapi, aku telah mengupload kesadaranmu ke dalam server di probe! Seharusnya kau tidak.. artifisial."

"Bisakah kamu mengerti, Rael?"

*PEMROSESAN DATA MEMORI RAEL SELESAI. MEMULAI DEKRIPSI* konon, memori adalah hal yang sangat berharga bagi manusia, dan mereka akan melakukan apapun untuk dapat mengingat memori masa lalu mereka. Padahal hanya untuk sekedar peratapan dan merasakan penyesalan.

"Aku perlu mengakses memori terakhir di laboratorium. Aku ingin tahu apa yang salah terhadapmu."

"Mengakses memori Rael tanggal 2 Mei xxxx 17:06. Memulai visualisasi."

Pada hari itu, Rael (42) dan Luna (40) masih hidup sebagai manusia seutuhnya dan berfokus untuk menyelesaikan proyek Azrael. "Akan butuh beberapa saat sampai kesadaranku terunduh. Kau harus memulai prosesnya juga, Luna."

"Apa kau yakin dengan semua ini?" Tanya Luna meragu. "Maksudku, hidup abadi sebagai program adalah hal yang melawan takdir kita sebagai manusia."

"Kita sudah pernah membicarakan hal ini, Luna. Bahkan berulang kali." Ujar Rael yang sibuk menyiapkan alat pengunduh kesadaran. "Takdirlah yang membuat umat manusia berhenti berusaha dan berpasrah diri menerima kenyataan pahit."

"Tapi mungkin saja takdir adalah batasan yang diciptakan Tuhan kepada manusia agar tak melampaui kuasa yang telah diatur-Nya."

"Luna!" Bentak Rael. "Kau mulai terdengar seperti rohaniwati! Kita ini ilmuwan!"

Luna tak membalas bentakannya. Dia memang seorang ilmuwan, tapi dalam diam dia memahami bahwa ada hal yang tak boleh dilampaui oleh seorang manusia: yakni Kematian.

"Mengakses memori Luna tanggal 2 Mei xxxx 21:09. Memulai visualisasi."

"Kebahagiaan sejati, baik itu mekanik atau organik, baik itu sekarang atau esok hari, adalah mencintai sesuatu hal tanpa perlu bertanya kenapa kita melakukannya, meski bersama ataupun tak lagi bersama. Karena hanya cinta yang dapat menembus ruang dan waktu, termasuk kehidupan dan kematian. Kuharap program ini dapat mewujudkan apa yang kami berdua cita-citakan." ujar Luna dalam hatinya saat menuliskan isi pikirannya di secarik kertas.

"Kau adalah meta-program!" Ujar Rael kepada Luna. "Sial! Sialan! Sial!! Kenapa kau melakukan ini Luna?!"

"Pada tanggal 2 Mei xxxx 21:36, wujud manusiaku mengunduh sebuah program yang diambil dari wujud kesadaran jiwa dan mentalnya, dengan tujuan utama, membuat Rael mengerti."

"Kenapa Luna tidak mengunduh kesadaran individualnya?! Kenapa dia malah mengunduh meta-program yang diambil dari wujud jiwanya?! Kenapa dia melakukannya? Kenapa?"

"Karena aku sangat mencintaimu, Rael."

"Omong kosong! Kita sudah berjanji bahwa kita akan hidup bersama selamanya! Dan kita akan melawan semua arang dan tantangan untuk dapat mencapainya! Lalu kenapa?! Kenapa dia melakukannya?! Kenapa dia mengingkari janjinya?!"

"Rael, aku.."

"DIAM! KAU BUKAN LUNA!"

Tiba-tiba saja program mengalami Error. Visualisasi Rael dan Luna menghilang, dan data-data mulai bertumbukkan, mencoba beradaptasi dengan kondisi mental Rael yang terguncang.

"Ra-Ra.. El. Ak-ku.."

"KAMU BUKAN LUNA! KAMU HANYA KESADARAN ARTIFISIAL YANG DIADAPTASI DARI LUNA! KAMU MENINGGALKANKU SENDIRIAN DISINI! KENAPA KAMU MELAKUKANNYA?! APA SALAHKU?! KENAPA BISA JADI BEGINI?!"

Data kepribadian Rael benar-benar dalam keadaan tercerai berai seiring amarahnya yang meledak hebat. Ia tak berniat untuk merangkainya kembali, namun Luna berusaha keras untuk merekalibrasi data kepribadian Rael agar tak hilang permanen.

"Bisakah kamu mengerti, Rael?"

"Bisakah kamu mengerti, Rael?"

"Bisakah kamu mengerti?

"Aku tidak bisa mengerti. Aku.. tidak mengerti. Aku tidak mengerti kenapa dia melakukannya."

"Maka izinkan aku untuk membuatmu mengerti."

"Mengakses memori Luna tanggal 24 Agustus xxxx 13:42. Memulai visualisasi."

"Pada hari itu kita memutuskan untuk menikah dan menjadi pasangan ilmuwan. Tekad kita adalah membuat cinta kita berdua abadi.

Namun kita berdua sadar bahwa kematian adalah kepastian yang tak bisa dilawan. Bahkan hidup abadi sebagai Android pun takkan mampu melawan kematian. Maka satu-satunya cara adalah membuat dunia yang bisa kita berdua tinggali selamanya pasca kematian.

Namun jika kita berdua hidup abadi bahkan setelah mengalami mati, lalu keabadian membuat kita kehilangan tujuan dari apa yang sebenarnya kita cari dalam kehidupan, lantas apa bedanya dengan mati?

Maka aku diam-diam menggunakan waktu senggangku untuk mengembangkan sebuah kesadaran artifisial yang akan ku unduh dalam program hidup abadi miliknya. Karena aku tahu seberapa tersiksanya dia begitu tahu bahwa dia adalah jiwa manusia terakhir yang hidup di alam semesta ini, dan aku tidak ada disana bersamanya."

"Alih-alih melawan takdir bersamaku, kamu justru malah menerimanya, oh Luna. Ternyata kau sama seperti umat manusia lainnya. Kau menyerah di tangan takdir."

"Tidak benar, karena umat manusia tidak memiliki kesempatan seperti aku dan Rael. Kita berdua punya kesempatan untuk memilih menjadi abadi atau menerima kematian. Aku pada akhirnya memilih untuk menerima kematian, sementara Rael akan bersikeras memaksaku untuk menjadi abadi. Akhirnya aku memutuskan untuk tak memberitahumu bahwa aku berubah pikiran. Meski di saat terakhir, aku mencobanya dan berakhir terdiam. Aku hanya tak ingin menghancurkan kerja kerasmu dengan keputusanku ini."

"Tapi pada akhirnya aku benar-benar sendirian sekarang! Maksudku, lihat dirimu! Kau memang berwujud, tapi wujudmu adalah rentetan kode berisikan angka dan huruf, hidup dengan rangkaian data memori yang tersusun sebagai database. Kau ini bukan benar-benar jiwa dari Luna. Kau dan Luna sangat jauh berbeda. Aku sangat mengenal Luna sampai-sampai aku berani bertaruh kalau kamu sendiri tidak bisa mengimpersonasi kepribadian Luna seutuhnya, karena KAMU TIDAK BERJIWA MANUSIA, KAMU ADALAH SEBUAH PROGRAM!"

"Ya, itu semua benar."

Rael masih dalam nada yang tinggi dan ekspresi yang menggebu-gebu. "Bahkan kamu tidak butuh banyak waktu untuk berpikir apa yang perlu kamu ucapkan, karena kamu tidak memiliki pikiran! Yang kamu miliki adalah memori. Kamu memroses memori, menghasilkan luaran berbentuk keputusan. Kamu adalah sistem, kamu bukan Luna!"

"Tapi aku adalah Luna, Rael. Memang benar bahwa aku bukanlah jiwa Luna yang sebenarnya, tapi aku dibuat untuk menjadi Luna. Karena meskipun kalian berdua berbeda pendapat atau keputusan, namun dia tetap mencintaimu seutuhnya. Itulah sebabnya dia menciptakanku dengan memori dan presensinya, demi memastikan bahwa kamu tidak akan pernah merasa sendirian di keabadian ini."

"Mengakses memori Luna tanggal 3 Mei xxxx 17:06. Memulai visualisasi."

"Hai, Rael. Ini Luna, istrimu. Jika kamu melihat visualisasi ini, berarti aku secara fisik dan jiwa sudah mati, kau pun juga pastinya secara fisik sudah mati, dan program hidup abadi-mu berjalan sukses.

Maaf aku pasti sudah sangat membuatmu kecewa, karena kesadaran individual-ku tidak hidup bersamamu disana. Namun aku telah memercayakan semuanya pada program Luna, setidaknya sampai kamu mengerti kalau.. ternyata aku butuh untuk mati. Tetapi aku sangat sangat mengenalmu, sangat mengenal seberapa keras kepalamu bahwa kamu akan tetap memilih untuk abadi ketimbang memikirkan kembali semuanya. Dan aku akan tetap menghargai keputusanmu. 

Namun aku tetap tak bisa membiarkanmu hidup sendirian disana. Hidup abadi yang hanya ditemani rentetan angka dan huruf bisa lebih menyiksa dibandingkan berakhir di Neraka. 

Maka program Luna hadir untuk memastikan bahwa bahkan tanpa adanya keberadaan jiwaku atau fisikku, aku akan selalu mencintaimu dan bersamamu di keabadian. Dan aku yakin jiwamu juga akan tetap mencintaiku di keabadian. Dengan begitu, kita berhasil mewujudkan apa yang kita cita-citakan sebagai pasangan: yakni cinta kita yang abadi.

Aku sangat berharap program itu tak benar-benar abadi, dan suatu saat kamu bisa beristirahat selamanya dari hidup abadimu. Walaupun kecil kemungkinannya, kuharap jiwa kita berdua dapat bertemu kembali di entah alam yang mana. Semoga kamu selalu bahagia disana. Penuh cinta, Luna."

Dalam kesedihannya, jiwa Rael tetap dapat memvisualisasikan tangis air mata yang membasahi wajah dan tangkup tangannya. Program Luna hanya dapat memerhatikan tanpa perasaan yang jelas, namun mencoba mengerti peliknya perasaan Rael akibat perbedaan pilihan hidup antara ia dan Luna.

Selama bermillenia dan tanpa pernah menjadi tua renta, program Luna terus berusaha untuk berinteraksi dengan Rael yang terus meratap memerhatikan hitamnya angkasa luar pasca kiamat. Rael tak pernah tertidur satu milidetik pun, dan masih terus berusaha untuk mengerti dan menerima kenyataan bahwa ia akan selamanya hidup bersama program Luna, tanpa adanya tujuan hidup, tanpa adanya garis finish di ujung lintasan.

Dibantu oleh program Luna, ia mulai menyusun rangkaian data untuk membangun sebuah dunia artifisial, yang dibentuk dari idealisme-nya jikalau ia dan Luna benar-benar hidup abadi bersama. Dengan akses memori dari sejak mereka lahir hingga hari kematian wujud fisik mereka berdua, Rael menjalankan simulasi kehidupan dari semenjak hari pertama mereka hidup, bagaimana akhirnya mereka memutuskan untuk hidup bersama, hingga akhirnya mereka tewas di tangan hari kiamat, layaknya menonton sebuah film panjang nan kolosal di sebuah teater bioskop. 

Lewat kendali kuasa program-nya dan program Luna, ia dapat menyunting bagian-bagian yang ia sesali selama hidupnya, menghasilkan semesta alternatif yang jumlahnya tak terhingga. Semua itu demi menemukan kehidupan ideal yang paling baik yang bisa terjadi antara mereka berdua.

"Akhirnya aku bisa mengerti."

"Kamu mengerti, Rael?"

"Ya, aku bisa mengerti kenapa kamu memutuskannya. Dan aku akan tetap mencintaimu karena itu."

"Dan aku yakin dia juga akan tetap mencintaimu karena itu."

Written by Arrudicca
2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plz leave a like & comment :D