Andre sudah duduk sekitar dua jam di sofa rumah Marcus. Teh yang dibuat pelayan rumahnya masih secangkir penuh, dan bahkan sudah tak hangat lagi saking lamanya tak disentuh Andre. Selama dua jam sebelumnya, Marcus mengoceh panjang lebar memberitahu resiko tentang tindakan bodoh yang akan dilakukan temannya itu. Namun tampaknya sia-sia, Andre tampak sangat yakin dengan pikirannya yang terlanjur kacau. Ekspresinya tampak bengis dan penuh rasa benci. Benci dengan Sarah, perempuan yang memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan masuk akal dan dengan cepatnya membuang Andre dari kehidupannya.
"Bukannya gua ngebanding-bandingin ya, Dre. Gua dulu pacaran sama Elnina udah nyentuh tahun keempat, dan putus juga akhirnya. Tapi gua sekarang masih berhubungan baik sama Elnina. Karena gua sama dia pernah punya momen bahagia selama empat tahun, dan sayang kalo semuanya musti dilupain cuma karena kita udah gak sejalan." Ujar Marcus.
Andre mengernyitkan matanya. Tangannya mengepal mengingat momen-momennya dulu bersama Sarah.
"Gua tahu sikap lu, Dre. Gua kenal lu udah dari lama. Lu orangnya nekat, bahkan lu gampang jatuh dalam amarah. Biarpun gua sebelumnya udah ngomong panjang lebar sama lu, lu bakal tetep ngebunuh dia, kan?" Tanya Marcus memastikan.
"Lu beruntung sama Elnina. Kalian putus karena kalian berdua sendiri yang mutusin buat berhenti. Karena kalian berdua beda keyakinan, dan beda jalan hidup." Jawab Andre dengan serius.
Andre semakin mengepalkan tangannya.
"SEMENTARA GUA PUTUS SAMA SARAH DISAAT GUA LAGI SAYANG-SAYANGNYA SAMA DIA! DI HARI DIMANA HARUSNYA MENJADI HARI KITA BERDUA! DI TEMPAT DIMANA HARUSNYA JADI TEMPAT SPESIAL KITA BERDUA! DULU GUA YAKIN DIA BAKAL JADI LABUHAN TERAKHIR GUA, TAPI APA SEKARANG?! SEGAMPANG ITUNYA DIA BILANG UDAH GAK NYAMAN KE GUA! PADAHAL SELAMA SETAHUN GUA UDAH SUSAH PAYAH BAHAGIAIN DIA! SEMUANYA GUA BUAT DIA!" Seru Andre tak bisa lagi menahan kekesalannya.
Marcus memandangi miris temannya. Andre sudah kehilangan akalnya. Sebagai sahabatnya pun, Marcus juga tetap tak tega bila sahabatnya dibuat hancur begini.
"Apa mending dia.. tapi.. berisiko banget. Gua sendiri gak tahu apa yang bakal terjadi nantinya dengan masa sekarang.
Tapi.. Ini sesuatu yang pengen gua coba. Dan kalo gak pernah gua coba, gua gak bakal tahu hasilnya. Semua pekerjaan Papa bakal sia-sia." Pikir Marcus.
Andre mengusap matanya. Tampak emosinya tak terbendung lagi, dan dirinya telah meledakkan tangis dan amarahnya di depan Marcus.
"Gua.. cuma berharap gak pernah berhubungan sama dia, Cus. Gua berharap gak pernah ketemu dia. Bahkan gua berharap dia gak pernah ada di dunia ini, supaya gak ada orang lain yang bakal ngerasain sakit hati kayak gua, Cus. Gua sendiri gak rela dia jadi milik orang lain, Cus. Jadi sebelum dia nemuin orang yang baru, gua mending lenyapin dia dari sekarang. Hitung-hitung, semua emosi gua terpuaskan, Cus, atau malah gua yang bakal stres sendiri kalo ini belum kesampaian." Ujar Andre.
Marcus tampak yakin dengan pikirannya. "Gimana kalo gua bisa ngasih lu cara ngebunuh Sarah tanpa berakibat lu jadi kriminal?"
Andre terkaget. "Maksud lu, Cus?"
"Gua tetep gak setuju lu ngebunuh Sarah karena sebagai sahabat lu, gua gak mau lu jadi kriminal dan ditangkep polisi karena ngebunuh mantan pacar sendiri.
Gua.. punya cara dimana lu bisa bunuh Sarah, tapi lu gak perlu berurusan sama polisi, dan bahkan gak akan ada orang yang bahas ini." Ujar Marcus.
Andre masih kelihatan bingung dengan perkataan Marcus. "Langsung ke intinya aja deh, Cus."
Marcus sebenarnya masih ragu didalam hatinya. Tetapi rasa penasaran yang berlebih membuat dia tergerak untuk memberitahu Andre.
"Gua bisa bawa lo ke masa lalu. Jadi lo bisa bunuh Sarah tepat sebelum lo berhubungan sama dia, dan balik ke masa sekarang tanpa harus jadi kriminal." Ujar Marcus.
Andre memandang Marcus dengan penuh kebingungan. "Gua.. gangerti."
BERSAMBUNG .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Plz leave a like & comment :D