SELALU KLIK JUDUL SEBELUM BACA YEH


Sabtu, 24 Juni 2017

Cerpen - Paralysis

Paralysis
-terinspirasi dari kejadian nyata-

Jam 12 lewat 18 menit, aku masih terbangun untuk menyelesaikan tugas kuliahku. Mataku sudah tampak berair menahan kantuk yang luar biasa. Dari sore sepulang kuliah hingga malam hari menjelang, makalah ini tampak tak sedikitpun menemui kata selesai. "Lelah", satu kata yang mendefinisikan segala rasa di kepalaku saat ini.

Kamar kosku tampak sunyi seperti biasanya. Bunyi kipas anginku yang gemetar dan lampu kamarku yang mulai redup menemani malam hariku. Aku tak bisa bekerja dalam kegelapan, maka dari itu lampu kamar kosku menjadi yang terpenting. Jujur, aku selalu takut berada dalam kegelapan. Seperti ada sesuatu yang selalu.. mengintaiku.

Aku mulai menyerah. Ketikan keyboardku mulai goyah. Seketika aku menyadari sudah cukup banyak kalimat yang kuketik dengan kacau. Kantukku mulai mengacaukan motorik-ku. Tak ada kopi ataupun teh yang bisa membuatku terjaga malam ini. Ini barangkali adalah kantuk terhebatku seumur hidup.

Aku menutup laptopku, lalu menaruhnya di samping kipas anginku. Tak perlu menunggu lama, aku membaringkan kepalaku di bantal dan mulai terlelap. Aku sengaja tak mematikan lampu, karena sepeeti yang aku sempat katakan sebelumnya, aku takut akan kegelapan dan aku tak bisa tertidur tanpa cahaya.

Kuharap setelah terbangun nanti, lelah di seluruh badanku akan menghilang.

Selang beberapa saat setelah memejamkan mata, aku mulai masuk kedalam fase mimpi. Aku seperti sedang berjalan di padang rumput yang luas di waktu senja. Aku melihat sebuah jalan setapak yang tengah kuikuti jalurnya. Kanan kiriku hanya terlihat rerumputan kuning yang menghampar luas, dan langit mulai berwarna merah ke-oranyean.

Dari kejauhan, terlihat seorang perempuan yang sedang terduduk menangis di bawah pohon kering. Angin mulai bertiup kencang ke arahku, dan awan gelap berada di sisi perempuan itu. Aneh, di satu sisi aku melihat senja yang begitu oranye, tetapi di sisi lain seperti badai yang bergerak mengarah kearahku. Perempuan itu menangis histeris. Aku betul-betul merasakan secara sadar hingga sekarang, bagaimana perempuan itu terserak-serak dalam tangisnya.

Aku bergerak menghampirinya. Perempuan itu terus menangis memegangi lutut dengan kedua tangannya. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku. Dia masih menangis. Setiap langkahku mendekatinya, tangisannya semakin keras.

"Kau kenapa? Apa kau sakit? Kau tak melihat awan hitam itu? Lebih baik kita pergi, ayo!"

Perempuan itu masih bertahan di tempatnya. Aku mencoba memegang tangannya dan mengajaknya berdiri. Tangannya begitu dingin sedingin es.

Seketika, perempuan itu membalas menggenggam tanganku,

kemudian ia menjerit dan memperlihatkan wajah aslinya yang begitu menyeramkan.

Dan seketika itu pula, aku membuka mata.

"Mimpi apa itu barusan?!" pikirku.

Mataku memandang ke arah antara laptop dan kipas angin.

Namun terjadi sesuatu yang aneh pada diriku setelah membuka mata. Mataku tampak seperti membuka setengah, tetapi..

aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.

Aku seperti mati rasa. Aku tidak tertidur! Aku benar-benar sadar, walaupun mataku seperti setengah sadar! Aku tahu apa yang kurasakan. Aku tak bisa menggerakan tanganku, tubuhku, kepala hingga kakiku.

Apa yang terjadi denganku?!

Aku mencoba melihat sekeliling. Hanya mataku sepertinya yang masih bisa bergerak. Meski begitu, aku tetap tak bisa melihat sekeliling. Badanku tak bisa kugerakkan untuk menengok.

Seperti ada sesuatu yang menahan tubuhku..

Aku mencoba untuk terus menggerakan tubuhku. Barangkali aku belum terbangun, maka aku mencoba untuk membangunkan diri. Tapi bagaimana caranya?! Aku sudah sadar! Tapi tubuhku seperti belum sadar!

Tiba-tiba, seperti ada sosok yang berdiri di sisi sebelah kiriku. Dia bernafas terengah-engah, seperti habis menangis. Aku mulai berkedip-kedip ketakutan. Aku harusnya sendiri di ruangan ini.

Tak perlu menunggu lama, sosok tersebut tiba-tiba seperti menunjukkan wajahnya kedepan pandanganku.

Sosok tersebut seperti seorang anak kecil, dengan mata yang merah berkelopak hijau dan berkulit putih pucat.

Aku langsung panik, memejamkan kedua mataku. Apa-apaan?! Selama ini aku tak percaya akan hal mistis, dan sekarang aku benar-benar melihatnya. Aku sadar apa yang barusan kulihat. Namun sekali lagi, badanku tetap tak bisa kugerakkan.

Aku seperti membuang pandanganku dari arah sosok tersebut, sambil berharap sosok tersebut cepat pergi dari depan wajahku.

Dan tak lama, bahuku mulai terasa ringan dan bisa digerakkan. Diikuti pula punggung, tangan dan kakiku.

Mataku akhirnya terbuka sepenuhnya.

"Apa-apaan barusan?!". Aku langsung membangunkan diriku dan terduduk mengusap mataku.

Masih setengah percaya akan hal yang barusan terjadi. Aku bergetar mengingat mimpi dan kejadian tadi. Masih tergambar jelas bagaimana wajah perempuan dan bocah itu. Bagaimana perempuan itu menjerit, dan bocah itu menyeringai.

"Siapapun kalian disini, pergilah!" kataku, berharap siapapun atau makhluk apapun di kamar kosku mendengarnya dan pergi.

Lampu kamar ku tiba-tiba padam. Seketika seluruh kamar kosku menjadi gelap total. Aku mulai panik dan berkeringat dingin. Kelemahanku telah tereksploitasi. Sejauh mata memandang hanya hitam yang kulihat.

Sambil meraba-raba, aku mencari handphone yang kutaruh di samping bantalku. Aku buru-buru menggenggamnya dan mencari tombol untuk menyalakan layarnya.

Handphone-ku hidup. Aku mulai tergesa-gesa mencari tombol kamera, karena hanya disanalah aku bisa menyalakan senter handphoneku.

Aku menekan tombol senter, diikuti dengan keluarnya cahaya dari handphone-ku.

"ASTAGA!!"

Tersorot cahaya senter, perempuan yang menangis di dalam mimpiku tadi langsung menjerit di depanku!

-THE END-

-ardhikadikoy, 2017
inspired on a true story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plz leave a like & comment :D