Jakarta itu macet.
Macet itu Jakarta.
Kalo tidak macet, berarti tidak Jakarta
Kota lain juga macet, kok. Ya, tapi tidak sestres dan semacet Jakarta.
Berlebihan rasanya, tapi ini yang dirasa
Salah siapa? Salah Gubernurnya? Tidak juga.
Salah rakyatnya? Tidak juga.
Rakyatnya beradab. Buktinya lampu merah dianggap hijau, lampu kuning dianggap hijau, lampu hijau dianggap minggir lu semua.
Rakyatnya beradab. Buktinya sampah dibuang di jalan, biar jadi jatahnya si petugas Oranye, dikira petugas Oranye tempat sampah.
Rakyatnya beradab. Buktinya angkot dan bus ngetem sembarangan memblokade jalan bak jalan punya nenek moyangnya padahal jalan punya rakyat karena dibayar pakai pajak rakyat.
Sudah dihimbau naik angkutan umum masih saja naik mobil pribadi. Sebegitu minder-nya rakyat Jakarta bercengkerama dengan sesama. Wow.
Jalanan Jakarta baru sepi saat malam hari, itupun kalau saya kebal begal.
Siang macet, malam begal. Trus kapan Jakarta jadi manusiawi buat rakyatnya?
Anak punk dibilang alay, marah. Udah tahu jangan tengil dipinggir jalan, masih aja tengil, giliran ditangkapi satpol pada nangis minta pulang kerumah ngadu sama ibu.
Syukur-syukur masih ada yang punya kesadaran, bikin komunitas bermacam bidang, yang penting gak bikin rusuh antar warga.
Sekalinya rusuh pada main lempar batu, pas kecil dilarang sama ayah ibu giliran dewasa puas-puasin lempar yang penting merasa jantan dan jagoan.
Knalpot motor pada berisik, sok ngetrek di jalan ngebut-ngebut nabrak trotoar tubuh terbang nyawa melayang kalo selamat paling ketilang.
Toh ketilang masih bisa tebus ditempat, cukup minta opsi bantu bantu bak Who Wants To Be A Millionaire bayar ditempat, SIM STNK balik dengan selamat.
Dibilang kotor salah, dibilang bersih salah, dibilang apapun salah katanya sih demokrasi padahal ini bukan hate speech tapi suara rakyat.
Kita mau menjadi rakyat benar bukan rakyat pengikut-ngikut rezim kekuasaan karena katanya revolusi mental jadi lawan aja jangan sampai mental.
Jakarta itu kota saya berkehidupan, peduli sangatlah peduli, cinta sangatlah cinta, tapi stres bukan sembarang stres.
Jadi semua ini salah siapa, rakyat tidak pernah bersalah apalagi aparat yang sudah setia membantu rakyat.
Impian kami seutuhnya adalah Jakarta yang adil makmur bersatu sejahtera damai sentausa dan beradab.
Kenapa Jakarta saja yang dibahas bukan Indonesia saja ya karena Jakarta adalah cerminan Indonesia yang terdiri dari multi suku dan pusat pemerintahan negara.
Jika Jakarta stres, negeri ini stres, saya pun juga stres.
Maka mumpung saya waras, mari berbenah rumah sendiri jangan urus rumput tetangga toh rumput tetangga tak seenak dan senyaman rumput rumah sendiri.
Karena inilah, Jakarta saya, yang penuh warna dan cerita.
-ardhikadikoy, 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Plz leave a like & comment :D