SELALU KLIK JUDUL SEBELUM BACA YEH


Jumat, 23 Oktober 2015

Adri & The Operator - Operation Homework

"Operation Homework"

     Kelas 12 IPS 3 adalah salah satu dari sekian kelas di SMA Tunas Bangsa, yang terkenal dengan siswa-siswinya yang bisa dibilang, "ekstrim". Dibandingkan kelas lain, kelas ini cukup sering menjadi bahan perbincangan guru di ruangan mereka.

     Salah satu 'tokoh sepuh IPS 3' adalah Adri Bagaskara. Dia dan 3 teman komplotannya, Mikel, Arip, dan Januar, sering menciptakan kegaduhan dan kehebohan di sekolah. Mikel, terkenal sebagai playboy perayu wanita, Arip yang terkenal tukang tidur dan hansip alias tukang keliling di sekolah, dan Januar yang pintar teknologi dan sering meretas WiFi sekolah untuk dirinya.

    Sementara Adri sendiri terkenal sebagai murid yang sebenarnya cukup pintar dan cerdas, namun memiliki tingkat kemalasan yang cukup tinggi. Dirinya sering dipanggil ke ruang BP karena terlambat masuk sekolah dan lupa mengerjakan PR. Yap, kedisiplinan memang sudah menjadi musuh besarnya sejak lama.

     Satu hari, saat itu pelajaran matematika dan 4 jam terakhir sebelum pulang. Gurunya Pak Muslim. Pak Muslim memberikan tugas kepada kelas IPS 3 yang harus dikerjakan dan dikumpulkan hari itu juga dan dianggap nilai ulangan harian, karena Pak Muslim ditugaskan untuk ke dinas oleh pihak sekolah dan tak bisa mengajar saat itu. Kelas pun euforia menyambut jam kosong. Tugas yang seabrek itu pun diabaikan oleh murid IPS 3, begitu pula Adri dan komplotannya yang sibuk adu panco di pojok kelas.

     Hanya satu orang yang sibuk mengerjakannya, yaitu Wisnu. Dia satu-satunya anak 'normal' yang berfikir ke depan untuk mengejar cita-citanya, dan satu-satunya orang di kelas yang saat itu mengumpulkan tugas yang diberikan oleh Pak Muslim.

     Kelas terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sehingga lupa dengan tugas mereka. Sampai bel pulang, hanya Wisnu yang mengumpulkan tugas itu.

     "Wisnu ! Gue mau liat tugas lo dong !" Kata Vina.

      "Yah punya gue udah dikumpulin di meja Pak Muslim."

      Vina langsung menuju ke ruang guru. Tugas buatan Wisnu ada disana. Ia hendak mengambilnya, namun ia kepergok Bu Daris.

     "Kamu ngapain ?"

     "Ohh engga bu. Saya cuma mau ambil kertas ini, bu." Kata Vina.

      "Kamu mau nyontek tugas temen kamu, ya ?"

      "Engga kok bu. Saya cuma mau liat aja."

       "Kamu tau gak sih ? Nyontek itu perbuatan yang ......." panjang lebar Bu Daris menasehati Vina.

       Akhirnya Vina disuruh keluar. Vina sempat mengintip dari jendela, kertas tugas Wisnu ditaruh Bu Daris di laci meja Pak Muslim. Vina pun tak bisa lagi masuk ruang guru karena setelahnya, ruang guru dikunci oleh petugas sekolah.

      Vina panik karena tugas ini masuk ulangan harian dan ia takut kalau besok satu kelas akan kena marah dari Pak Muslim. Terlebih pak Muslim terkenal killer jika melihat ketidakdisiplinan. Grup chat kelas pun ramai mengkhawatirkan nasib mereka karena pelajaran matematika mulai jam pertama besok.

      "Mikel ! Hape lo bunyi ! Ada telefon nih dari Vina !" Kata Adri, yang sedang bersantai di pinggir kolam renang rumah Mikel sambil memperhatikan tiga temannya berenang.

      "Mana ?! Sini, dri !" Mikel pun langsung berenang ke arah Adri.

      "Halo ? Mikel ?" Kata Vina di telepon.

      "Hai Vina sayang.." Jawab Mikel dengan nada merayu.

      "Ewh banget sih lu kel. Emm kel, lu bisa tolongin gue gak ? Eh engga deh maksud gue, tolongin kelas kita ?" Tanya Vina

      "Apa aja buat kamu, Vin. Hehe."

     "Oke ya. Jadi gini ....." ujar Vina sambil berpanjang lebar.

     "Hah ?! Gila lo, kel ?!" Adri kaget setelah Mikel menceritakan kembali permintaan Vina.

     "Iya, bro. Dia minta kita buat nyolong kertas tugas matematika punya Wisnu di laci meja pak Muslim di ruang guru sekolah." Kata Mikel.

     "Ah gila aja. Ini sih, mission super duper impossibel parah." kata Arip yang sedang main PS dengan Januar.

    "Dan lo bilang apa ke Vina, kel ?" Tanya Januar.

     "Ya gue bilang, gue usahain." Kata Mikel. "Lagian juga di grup chat kelas lagi pada rame soal itu tugas. Begonya kita, kita lupa kalo itu tugas masuk nilai ulangan harian."

     "Ya gawat juga sih. Kelas kita udah sering banget kacangin tugasnya Pak Muslim." Kata Adri sambil mondar-mandir. "Duh apa gabisa kek biasanya aja ? Kita hadepin omelan dia sama-sama ? Paling juga dia cuma baper sama kelas kita."

     "Justru itu, dri. Yang gue takutin, yang satu kelas takutin, dia bakal coret nilai kita dan bawa kasus gak ngerjain ini ke pihak sekolah." Kata Mikel.

     "Yaudah dri, gini aja." Kata Januar sambil melepas stik PS-nya. "Kita coba colong tugasnya Wisnu dari ruang guru."

     "Gimana lo pada ? Pada gerak gak ?" Tanya Adri ke Mikel dan Arip.

     "Ayok lah langsung aja. Gue juga gaada kerjaan disini." Kata Arip. "Langsung ke tahap nyusun skenario kek biasanya aja."

     Malamnya, mereka berempat menuju ke warung dekat sekolah sekolah yang tak jauh dari rumah Mikel.

     "Oke, gue udah bawa HT. Cukup buat kita berempat." Kata Arip.

      "Sip. Pertama, kita musti analisis keamanan sekolah dulu." Kata Adri.

      Sekolah punya beberapa CCTV yang dipasang di beberapa koridor dan ruangan, termasuk ruang guru. Permasalahannya adalah, jika CCTV berhasil menangkap gerakan mereka, pastilah besoknya mereka berempat langsung dikembalikan ke orangtua.

      "Itu gampang, dri. Gue bisa nge-hack jaringan CCTV di sekolah biar shutdown pas kalian masuk. Proteksi jaringan sekolah emang payah." Kata Januar. "Cuma masalahnya, sistem CCTV bakal reboot lagi setelah 10 menit gue shutdown. Dan waktu rebootnya 3 menit sampe nyala sempurna."

     "Oke. Berarti kita punya total waktu 13 menit buat ngelakuin operasi ini." Kata Adri. "Trus ada masalah lagi..."

     Satpam sekolah, Pak Hasim, kadang-kadang monitoring koridor sekolah sambil ke dapur rumah karyawan sekolah buat menyeduh kopi. Lalu, pastinya mereka tak bisa melalui gerbang karena dijaga Pak Hasim.

     "Ada satu jalan aman. Lewat belakang kantin sekolah. Ada kandang ayam yang bertembok langsung sama kantin sekolah. Kita bisa manjat disitu. Gue sering cabut sekolah lewat sana." Kata Arip.

     "Oke. Sekarang kita bagi tugas." Kata Adri. "Gue sama Arip bakal eksekusi ke dalem sekolah. Mikel jaga perimeter deket kandang ayam. Januar tetep disini buat jaga sistem sekolah. Operasi kita mulai."

     Adri, Mikel dan Arip berjalan menuju daerah di belakang sekolah.

    "Oke, dri. CCTV bakal gue matiin sekarang. Inget, waktu lo 13 menit. Selebihnya bakal gue kasitau." Kata Januar lewat HT. "Oh ya, lo juga harus ambil kunci ruangan dari pos Pak Hasim. Entah gimana dah tuh caranya."

     "Nanti gue sama Adri yang bakal cari cara." Kata Arip.

     "Oke, CCTV gue matiin." Januar langsung hacking sistem CCTV sekolah. "Oke, 13 menit dari sekarang, dri. Good luck."

    "Good luck, dri, rip." Kata Mikel.

    "Sip. Ayo, rip." Kata Adri.

     Adri dan Arip berada di Kantin sekolah.

    "Wohoo, dri ! Gue gak jadi shutdown CCTV sekolah. Justru gue sekarang bisa monitorin CCTV. Jadi sekarang gue bisa liat kalian di laptop lewat CCTV." Kata Januar. "Cuma tetep, gue gabisa tahan lama karena dia bakal tetep reboot ke monitor sekolah jadi tetep hati-hati, dri."

    "Iya iya. Udah jangan berisik." Kata Arip.

    Mereka berdua langsung berjalan menuju pos satpam untuk mengambil kunci dari Pak Hasim.

    "Emm, dri. Hati-hati, depan 12 IPA 4 ada Mang Jaka lagi main hape." Kata Januar.

    "Duh. 12 IPA 4 deket ruang guru, dri." Kata Arip.

     "Itu kita pikirin nanti." Kata Adri.

     Mereka berdua sampai di koridor meja piket yang cukup dekat dengan pos satpam.

    "Oke. Gue udah di deket pos satpam. Pak Hasim masih disana. Dan kayaknya, dia belum ngambil kopi." Kata Adri.

    "Duh lo gabisa selamanya nunggu disana. Waktu lo ga banyak." Kata Januar.

    "Janu bener, dri. Kita gabisa selamanya disini." Kata Arip.

   "Eh eh. Pak Hasim mulai bergerak keluar, jan. Gue matiin HT dulu sementara."

    Pak Hasim berjalan melewati meja piket. Adri dan Arip bersembunyi di bawah meja piket. Arip memberi kode ke Adri tanda Pak Hasim sudah jauh. Merekq berdua langsung keluar dari sana dan menuju pos satpam.

    "Dimana kuncinya ?" Kata Arip.

    "Ketemu." Adri langsung mengambil kunci-kunci yang digantung di paku sebelah jaket Pak Hasim. Mereka berdua langsung ke arah ruang guru.

    "Inget dri, jangan lupa, lo musti balikin kunci itu di tempatnya semula nanti." Kata Januar. "Dan hati-hati, Mang Jaka masih di depan 12 IPA 4."

    "Duh. Emm, Mikel ? Masuk Mikel." Kata Adri.

    "Apaan, dri ?" Tanya Mikel.

    "Maaf banget, kel. Tapi lo harus ngalihin perhatian Mang Jaka." Kata Adri.

    "Hah ? Gimana caranya ?"

    "Gunain cara 'penampakan', kel."

    "Jangan, dri. Bahaya banget. Bisa bisa Mikel ketangkep basah." Kata Januar.

   "Santai, Jan. Gue bisa. Mudah-mudahan." Kata Mikel. Mikel pun masuk ke kantin dan menuju ujung lorong yang mengarah langsung ke 12 IPA 4.

   Mikel pun bertepuk tangan. Mang Jaka pun melihat sayup-sayup bayangan seseorang di ujung lorong itu. Mang Jaka bergerak.

   "Hei ! Siapa itu ?!" Teriak Mang Jaka. Mikel pun lari ke arah lorong menuju lantai 2.

   "Oke, Mang Jaka udah teralihkan. Lo aman buat bergerak, dri." Kata Januar. "Dipercepat. Waktu lo tinggal 6 menit sampe reboot selesai."

    "Langsung, dri ! Gue jaga disini." Kata Arip.

    Adri langsung mencari kunci ruang guru dan mencoba membuka pintu ruang guru. Beberapa kali percobaan dan dia berhasil membuka ruang guru.

   "Gue udah di dalam ruang guru." Kata Adri. "Untungnya gue bawa senter."

   "Jan, lo bisa liat Mikel ?" Kata Arip.

   "Mikel aman, rip. Dia pinter. Ngumpet di pojok tangga lantai 1. Mang Jaka masih nyariin. Pak Hasim belum keliatan."

   "Untungnya laci meja Pak Muslim gak dikunci." Kata Adri. "Okeh semua ! Gue dapet kertasnya."

    Januar melihat di monitornya, Mang Jaka bertemu dengan Pak Hasim yang sudah membawa kopinya. Keliatannya, Mang Jaka mengadukan apa yang ia lihat ke Pak Hasim.

    "Lo harus cepet keluar dari sana, dri." Kata Januar. "Pak Hasim udah keluar. Dan sekarang dia lagi ngobrol sama Mang Jaka. Lo harus balikin kunci itu ketempat semula di posnya."

    Adri langsung bergegas keluar ruang guru, mengunci pintunya dan bertemu lagi dengan Arip.

   "Ayo, rip. Kita harus balikin kuncinya !" Kata Adri.

    "HEII !!! SIAPA ITU ?!!" TERIAK PAK HASIM.

    Pak Hasim juga tak bisa melihat jelas karena gelap malam. Adri dan Arip langsung berlari ke pos satpam.

   "Mang jaka, pegang kopi aku dulu !" Pak Hasim langsung berlari kembali ke posnya.

    "Sial, Jan. Kita ketauan !" Kata Adri.

    "Cepet keluar dari sana sekarang ! Waktu lo pada sisa 2 menit lagi sebelum muka kalian ketangkep kamera."

   Adri sampai di pos satpam dan menggantung kunci-kunci itu di gantungan. Kemudian ia dan Arip pergi ke arah pintu parkiran belakang depan pos satpam. Pak Hasim sempat melihat langkah lari mereka.

   "Woi tunggu !!!" Teriak Pak Hasim.

    Sementara itu Mang Jaka ada di lorong depan tangga. Mikel pun keluar dari persembunyiannya dan berlari. Mang Jaka pun tersadar ada yang berlari di belakangnya.

    "JAKA !!! TAHAN MEREKA !!!" Kata Pak Hasim. Adri dan Arip berlari menuju lorong yang menuju ke kantin tapi berlawanan dengan Mikel. Mang Jaka berada di antara dua pilihan, yakni mengejar Mikel atau menahan Adri dan Arip.

     "WOI !" Mikel berteriak ke arah Mang Jaka. Mang Jaka pun menoleh namun tak bisa melihat wajah Mikel.

    Akhirnya Adri dan Arip pun lolos menuju lorong ke arah kantin. Mang Jaka tak sempat melihat wajah Adri dan Arip yang sudah terlanjur melewati lorong yang tak jauh dari tempatnya.

    "BANTU AKU KEJAR MEREKA !!" KATA PAK HASIM.

    Mang Jaka pun dengan linglungnya ikut mengejar Adri dan Arip, bukannya mengejar Mikel yang lebih dekat dengan kantin. Mikel pun berlari ke lorong kantin. Ia lebih dulu berada di tembok kantin.

   Sementara itu, Adri dan Arip masih dikejar Pak Hasim dan Mang Jaka. Mereka sudah tak jauh dari tembok tempat mereka keluar.

   "Cepat ! Adri ! Waktu lo pada tinggal 15 detik !" Kata Januar.

   Mikel sudah berhasil memanjat keluar terlebih dahulu. Arip pun sempat memperlambat laju pengejar mereka dengan menggeser meja kantin. Adri pun berhasil melompat keluar disusul Arip. Pak Hasim dan Mang Jaka pun sempat melongok keluar tembok. Namun ia tak menemukan siapa-siapa.

    "Argh !!!! Saya kecolongan !!!" Teriak Pak Hasim. "Mana kopi saya ?!"

    Ia nanti akan segera mengetahui bahwa kopinya telah tumpah di lantai depan tangga.

      Sementara itu, keesokan harinya, Pak Muslim terkejut dengan murid kelas IPS 3 yang mengerjakan tugasnya dengan benar. Ia bahkan lupa kalau tugas itu harusnya dikumpulkan kemarin. Akhirnya ia tetap menerima hasil tugas kelas IPS 3 walaupun ia memang sudah tahu kalau tugas yang ia berikan dikerjakan dengan cara curang alias menyontek.

     Sementara itu, Pak Hasim tak bisa medapatkan rekaman CCTV tentang siapa yang telah berhasil menerobos masuk ke sekolah kemarin malam. Pihak sekolah pun menyadari bahwa sistem mereka telah dijebol dan segera mengaktifkan firewall baru.

    Kelas IPS 3, terutama Vina yang sekarang berpacaran dengan Mikel, sangat berterimakasih dengan Adri dan tiga kawannya.

    Di lain tempat, Adri yang sedang mengobrol dengan temannya dichat oleh seseorang bernama Rofan, anak XII IPA 1.

   "Lo yang namanya Adri, kan ? Gue Rofan. Gue udah denger soal lo dan temen lo yang nyusup ke sekolah. Dan gue juga mau minta tolong sama kelompok lu...."

To Be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plz leave a like & comment :D